Formasi emas terbentuk ketika getaran dari gempa bumi membuka rongga berisi cairan yang ada di dalam lapisan kerak bumi dan menyebabkan terjadinya penurunan seketika pada tekanan yang ada di rongga tersebut.
Diberitakan AFP, Minggu, penurunan tekanan secara tiba-tiba mengakibatkan cairan tersebut mengembang secara cepat dan menguap. Akibatnya, partikel emas yang semula larut dalam cairan “seketika mengendap”.
“Oleh karena itu, peristiwa gempa bumi yang terjadi berulang kali, mungkin dapat membangun akumulasi emas (di kerak bumi) yang bernilai ekonomis,” ungkap peneliti dalam publikasinya.
Peneliti mengatakan, kebanyakan kandungan emas di dunia berasal dari urat kuarsa (quartz vein) yang terbentuk pada masa periode geologis pembentukan gunung selama 3 milyar tahun lalu. Urat kuarsa terbentuk saat gempa bumi. Namun, fluktuasi besaran tekanan atau bagaimana mereka mendorong proses mineralisasi emas masih belum diketahui.
Peneliti yang terlibat dalam penelitian ini menyimulasi penurunan tekanan yang terjadi pada rongga sesar berisi cairan saat terjadi gempa bumi menggunakan model numerik.
Hasil penelitian ini ternyata mampu menjawab pertanyaan tentang sumber daya emas dunia, khususnya mengenai bagaimana logam tersebut bisa terkonsentrasi dari bentuk larutan menjadi padatan yang bisa ditambang.
Hasil kajian ini juga menyatakan kalau satu getaran peristiwa gempa bumi tidak akan bisa membentuk kumpulan emas yang bisa ditambang. Getaran tersebut hanya akan membentuk satu lapisan tipis saja. Tim peneliti menuliskan, untuk menciptakan kumpulan emas seberat 100 ton, sedikitnya dibutuhkan waktu kira-kira 100.000 tahun.
Sumber : kompas.com